Berbagai rupa

 

langkah demi langkah, setapak demi setapak ku pernah lalui kota2 itu. Kenangan bercinta kasih dg ketimpangan yg ada didalamnya. Hingga ku singgah dan mencoba bertahan hidup di kota ini, sama !!! kota yg maju namun tetap sajah isinya adalah kemunduran. dimana yg kita lihat samar namun jelas nyatanya. Setiap hari kutemui org2 baru, pria paruh baya dg jas kantor rapih, perut agak buncit, muka kusut, mata merah kaya habis tinju, jalan tergesa gesa kaya dikejar anjing. Lalu di kawasan itu, kawasan elit para cukong, kawasan dimana aku memilih merebut ruang publik di antara patok2 yg entah siapa yg mencaplok, sementara bocah kecil dg karungnya bertempatkan di bawah jembatan. gedung2 yg memuntahkan sombong, proyek2 baru setengah jadi, para ayah menggadaikan hidupnya di adukan semen dan crane itu. Demi menafkahi sanak keluarga di kampung. Dg perawakan khas pekerja berat otot2 legam urat kencang, mereka menikmati sekali kebersamaan canda tawa dg sesama kawan pekerjanya, setiap hari menyapa ku dg bau khas yg selalu terhirup dari balik badan2 mereka. Itulah ciri para pekerja keras. Ku harus jaga kewarasan di kota ini, ku bukan tuhan, tp ku mencoba baca karakter setiap yg kutemui, ku rangkul kawan2 dekat, ku ajak bicara mereka tentang perkara.. Karna tuhan2 baru itu hadir dg berbagai rupa yg membingungkan. Sambil ngopi, perubahan sekecil apapun ia tetap menyenangkan.

Komentar

Postingan Populer