[review mini] film: anarchist from colony (2017); aku merangkul setiap bagiannya.

Kalau boleh memilih, sebenarnya lebih baik ditampar langsung oleh kamu. Daripada diberondong peluru sumpah serapah kekata serupa berondongan peluru AK47. Meski, pada akhirnya tetap saya akan bilang. "ah sialan, sakit!"

Seperti yang dilakukan kaneko fumiko menampar park yeol tentang rencana bom saat hari ulang tahun putra mahkota, tanpa sepengetahuannya.

Kaneko menganggap, sesama pejuang harus saling mengetahui rencana.

Yah, malam tadi. Hari ini, rasanya ada yang diam-diam mengacak-acak isi kepala ku, setelah apa yang malam nya. Kita sama-sama pergi sambil menggulung amarah mencaci kerikil. Untuk sejenak jeda, mengistirahatkan hati yang lelah, menyejukkan kepala yang batu.

Lalu... Kita mengharu biru, di jalanan yang sepi. Sama-sama berpikir sambil bercumbu dengan botol bir.

Menengadahkan tinggi-tinggi wajah kita ke angkasa.

Bisakah kita serupa bintang yang bergelayutan di bulan sabit di atas sana? Indah!

.

Ahh.. Lupakan luapan emosi dan rindu dari kekata serupa seorang pemabuk yang habis anggur dua dus dalam semalam.

.

Anarchist from colony, film yang menurut saya pribadi paling cool, yang lahir di tahun 2017 ini.

Park yeol (Lee Je-hoon) dan kaneko fumiko (Choi Hee-seo). Sepasang pemberontak anarkis korea dan jepang yang saling jatuh cinta karena kesamaan pemikiran. Kebencian akan sistem yang otoriter dan menindas.

Film yang mengangkat tema tentang masa-masa perjuangan park yeol menjalani kehidupan liar dengan jiwa yang penuh pemberontakan dan saat-saat dia dipenjara. Disisi lain kaneko fumiko adalah perempuan yang menaruh hati pada park saat pertama kali ia membaca puisinya yang berjudul "anjing sialan".

Disini peran park dan kaneko benar-benar hidup dan saling mengisi, ditambah tokoh-pendukung yang juga saling melengkapi keseluruhan film.

 

Apalagi kaneko yang terlihat sangat lucu dan bikin gemes. Dilain kesempatan ia juga bisa mengeluarkan aura pemberontak nya dengan begitu gahar.

Best scen:

Saat bagian persidangan dimana kaneko mengutaran betapa ia mencintai park yeol dan ia rela mati dengan nya demi memperjuangkan hak-hak orang tertindas.

Ada kalimat yang begitu menyentuh. "Aku merangkul setiap bagiannya" yeah anarki banget!. Apalagi kalo bukan kehendak?. Itu ibarat kata.

Bisa dibayangkan saat kita benar-benar sulit dalam masa perjuangan. Ada seorang kekasih bahkan ia rela ikut berjuang disamping nya. Itu bisa terlihat diwajah park yang terharu mendengar ucapannya.

Film nya sendiri menurut hemat saya lebih romantis dari film drama korea paling romantis sekalipun dan paling memberontak dari film pemberontak sekalipun.

Tapi saya tidak akan membahas detail keseluruhan film, saya hanya akan mengambil poin penting dari film keren ini.

Sikap, kesetiaan, solidaritas, kebersamaan, apa itu kehendak untuk hidup, dan di dalamnya anarki itu sendiri. Meski sering dianggap utopis, sekali lagi. Kita rebut kembali ingatan yang pernah dicuri. Yaitu, janji untuk bertahan dalam perjuangan.

Catatan:

Film ini diambil dari kisah nyata. Park Yeol adalah tokoh nyata. Ia lahir di Mungyeong, Provinsi Gyeongsang, Korea pada 3 Februari 1902. Ia melannjutkan sekolah menengah di Seoul, tapi kemudian dikeluarkan karena terlibat gerakan yang dikenal sebagai Gerakan 1 Maret. Park kemudian pergi ke Tokyo dan melanjutkan sekolah di sana. Di Tokyo inilah, Park bertemu teman-teman yang memiliki visi yang sama dan membentuk kelompok anarkis yang disebut “Futeisha”, termasuk di dalamnya adalah Fumiko Kaneko yang kemudian menjadi kekasihnya.

Komentar

Postingan Populer