Hening bulan
Pernik malam riuh-riuh tenang.
Panceg sebagai miniatur penghibur kesunyian.
Penakar batas antara airmata atau ego atau hilang atau selesaikan beberapa batang lagi rokok, bakar sekali lagi harap.
Menyeka First love utada hikaru pada diri yang tak ada gap.
Sesungguhnya hening itu ada disini sayang, didalam dadaku.
Dengan asbak penuh puntung, dingin yang indah, bulan yang hening. Ia sambil lalu
Kelopak mata yang enggan memeluk bola mata, Kembali terhunus pada jendela yang menganga.
Bulan bersembunyi dibalik ranting pohon dengan malu-malu
Ia kembali termangu!
Komentar
Posting Komentar